Rabu, 24 Agustus 2016

CERPEN

SENYUM DI BALIK CINTA
DI UJUNG SENJA
Karya : Ezmeyralda Putri

Senja. Waktu yang tepat untukku melihat sebuah senyum semu. Walau tak nyata, semua itu bisa membuat perasaanku jauh lebih tenang. Jika aku bisa menahan senja, akan aku letakkan senja itu tepat di sampingmu agar aku bisa melihat senyum semu itu lebih lama lagi.
Aku Jenny, mahasiswi jurusan seni di salah satu unversitas di Bandung. Sudah dua tahun aku berada di kota ini dan aku semakin betah karena aku bisa melihat senyum hangat seseorang. Kata orang Bandung adalah kota cinta, ku harap aku bisa bertemu dengan cintaku di tempat ini, dan ku harap orang itu adalah dia.

Sudah menjadi kewajibanku untuk datang ke perpustakaan setiap sore. Walaupun tidak ada jadwal kuliah aku pasti akan ke kampus untuk mengunjungi perpus alasannya sudah jelas. Untuk melihat senyum semu itu.
“ Jen, mau sampai kapan kamu melihat dia seperti ini? “ suara Uci mulai terdengar di telingaku setelah sebih dari satu jam ia memperhatikanku
“ Sampai perasaanku jadi jauh lebih tenang “ jawabku tanpa mengalihkan tatapanku ke arah Uci
“ Kamu tahu Jen, kalau kamu seperti ini terus waktumu akan terbuang percuma dan dia tidak akan tahu tentang ini “ sambung Uci sambil memperhatikanku dan dia yang ada di ujung sana
“ Jen! Dengarkan aku “ suara Uci menggelegar di ruang yang tak terlalu besar ini
Ku alihkan tatapanku ke arah Uci dan mengangkat alis mataku sebagai isyarat ada apa. Ku yakin bukan hanya aku yang melakukannya, tapi semua sorat mata menuju kearah Uci. Bukan, lebih tepatnya lagi ke arah kami Termasuk matanya, pemilik mata dari senyum indah itu, terlalu indah saat di waktu senja.
“ Aku pulang duluan! “ gerutu Uci sambil berjalan meninggalkanku
Mataku mengantarkan Uci sampai ke pintu perpus dan kembali ke buku yang ada di atas meja. Sesekali ku perhatikan matanya, wajahnya, dan bukunya. Aku bingung dengan dia, sudah hampir satu tahun dia membaca buku itu. LOVE saat CINTA ada di depan sana. Itu judulnya, dengan cover berwarna hitam dan pink. Aku jadi penasaran buku apa itu. Novel? Selama itukan membaca sebuah novel? Ku yakin tidak. Entahlah kenapa dia selalu membacanya. Besok aku harus datang lebih cepat agar aku bisa membacanya. Ku sadari ada sepasang mata yang sedang menatapku, ku angkat mataku dari buku itu ke arahnya. Mataku bertemu dengannya dan segera mungkin ku alihkan mataku ke luar jendela. Detak jantungku terus bertambah. Ku tatap matahari yang mulai turun dan inilah waktunya. Tiga. Dua. Satu. Ku alihkan lagi mataku ke arahnya, senja, senja tepat disampingnya, menyinari wajahnya, dan ku temukan senyum semu itu.
Senyum kemarin cukup membuatku tersenyum untuk menyambut hari ini. Aku paling benci jika harus ke kampus siang hari seperti ini. Matahari begitu jahat padaku, tapi berkat dia juga aku bisa melihat senyum itu.
“ Jen, tunggu aku! “ suara seseorang yang tak asing lagi mengalir di telingaku
Spontan kakiku berhenti melangkah dan ku temukan pemilik suara itu. Siapa lagi kalau bukan Uci, perempuan ini memang super lambat. Mataku beralih ke arah jam tangan yang melingkar di tanganku “ Oh Tuhan...dosen itu pasti sudah di kelas, Uci ayo! “ teriakku sambil berlari meninggalkan Uci
Rencanaku gagal, seharusnya aku datang lebih cepat agar aku bisa membaca buku itu, ini semua gara-gara dosen yang menyebalkan itu. Kakiku terus berlari menuju perpustakaan yang ada di lantai tiga tanpa memperhatikan Uci yang sedari tadi memanggilku. Detak jantungku terus meningkat ini adalah reaksi dari lariku yang sangat cepat. Kakiku berhenti tepat di depan perpustakaan, ku alihkan mataku ke jam yang ada di tangan kiriku 17:30, mengarahkan mataku ke arahnya. Senja tepat di sampinya sekarang, aku berhasil melihat senyum semu itu lagi. Lega rasanya. Ku putar tubuhku membelakangi pintu perpustakaan dan melangkah pergi.
“ Aku pulang duluan Uci “ kataku lengkap dengan senyum yang terpampang di wajahku saat mataku menemukan sosok Uci
“ Tapi aku harus pinjam.... “
“ Aku tunggu di kosan jangan pulang malam, Ok! “ tutupku
*
Akhirnya aku berhasil mendapatkan buku ini. LOVE. Sesegera mungkinku balik buku itu dan membaca sinopsisnya.
TAKDIR. Percayakah kamu akan takdir? Ketika takdir membawamu pergi jauh dari keinginanmu apa yang seharusnya kamu rasakan? Marah bukan? Tapi Riand mahasiswa jurusan fotografi ini malah sangat bahagia walau awalnya ia marah pada semua orang yang ada di dekatnya. Ketika keinginannya adalah pergi ke kota Paris yang terkenal dengan kota cinta, Takdir malah mendamparkannya ke Bandung. Dan takdir mempertemukannya dengan Cinta yang ia anggap takdirnya di ujung sana.
Tanpaku sadari sebuah senyuman telah terpampang di wajaku. Ku yakinkan perasaanku untuk meminjam buku ini dan segera pulang agar ia tak tahu bahwa aku telah meminjam novel ini.
“ Jen, tunggu! “ Suara yang tak asing itu muncul lagi di telingau
Spontan kakiku berhenti tepat di anak tangga ke-3 “ Kamu dari Ci? “
“ Dari lobby, kamu harus ikut aku Jen, jangan bicara apapun dan dengarkan aku saja, Ok “ jelas Uci
Ku yakin ada berita yang mengjutkan sampai-sampai seorang Uci yang paling malas terburu-buru rela melakukannya seperti saat ini.
“ Kamu ingat kemarin? Saat aku memintamu menungguku di gerbang kampus, kamu malah berlari meninggalkanku, saat itu aku melihat kak Danny memotretmu dari lobby dan sorenya saat di perpus, kamu kan pulang duluan, kamu ingat kalau aku masuk ke perpustakaan setelah kamu keluar, kamu tahu apa yang aku lihat Jen? Aku melihat Kak Danny tersenyum ke arahmu dan saat kamu berjalan keluar gerbang ia memotretmu lagi dari jendela. Sekarang kita ke lobby “ perempuan yang bergaya tomboy itu menarik tanganku
“ Tapi... “
Mataku membesar, detak jantungku tak karuan, dengan pikiran yang mulai mengada-ada. Ku coba mengartikan perkataan Uci tapi, belum sempat aku memahami semuanya kami telah berhenti di lobby tepat di depan mading kampus. Ku temukan foto-fotoku tertempel di mading, bukan dua atau tiga, tapi lebih dari itu bahkan fotoku saat OSPEK pun ada. Ku temukan tulisan besar di dekat fotoku yang menjadi judul mading Cinta di Ujung Sana. Seketika lobby menjadi ramai dan tiba-tiba sebuah suara yang selama ini ingin aku dengar mengalir di telingaku. Detak jantungku kembali tak karuan. Tubuhku menjadi kaku.
“ Jeny... “
Suara itu muncul lagi dan ini bukan mimpi. Suaranya semakin dekat. Tanpa ku sadari tubuhku berbalik menghadapnya. Ku temukan sepasang mata indah itu dan senyum  yang selalu ku lihat saat senja. Senyum ini begitu nyata, tanpa ku sadari aku telah tersenyum padanya. Seketika itu ia berlutut di hadapanku
“ Jen, maukah kamu jadi orang yang selalu ada di dekatku, bukan hanya di waktu senja, aku ingin menjadi orang yang spesial bagimu, bolehkah aku menempati posisi itu di hatimu? “ lelaki itu menyodorkan buket mawar merah kearahku
Seperti senja, akhirnya hatiku bertemu dengan tempat untuk bersandar. Sekarang aku tak perlu mengejar senja untuk melihat senyum semu itu lagi. Kapan pun aku ingin melihat senyumnya aku bisa melihatnya. Karena senja aku berhasil bersamanya.

5 komentar:

  1. Tanda baca di akhir percakapan seperti jawab, gerutu, desah dll itu pakai koma apalagi percakapannya masih berlanjut๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚

    Kalau percakapan tindakan harus pakai titik diakhir kalimat karena itu tindakan. Kalau gak salah sih gitu ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚


    Kalau kalimat nya mau dilanjutkan dan berada di akhir itu titik nya 4 contoh ("Aku....") kalau di tengah titiknya 3 pakai spasy contoh ("Aku ... Mungkin lebih baik pergi dari hidupmu sekarang.")

    Maaf komentar tentang elipsis dan tanda baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Feby!
      Terimakasih atas kritik&saran yang Anda berikan.

      Hapus
  2. Hello.. bolehkah saya memberikan kritik? Hehe..

    Baiklah disini saya akan mengkritik tentang penulisannya.
    Langsung saja ya, terdapat banyak typo, penulisan kata yang salah contoh: "ku sadari" seharusnya ditulis "kusadari".
    Penulisan dialog tag masih salah dan juga elipsis-nya tolong diperhatikan.

    Itu saja ^_^
    Saran dari saya untuk Author-nya, sebaiknya sebelum dikirim baca lagi cerpennya karena naskah pertama tidak selalu baik. Saran lainnya yaitu simpan dan diamkan selama minimal 1 hari, agar pikiran kita jadi fresh dan terlepas dari jalan cerita tersebut sehingga ketika membacanya ulang kita bisa memposisikan diri kita sebagai seorang pembaca bukan author agar kita tahu dimana letak kesalahan atau kekurangannya.

    Oke semangat ya Author. ^_^
    Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo Ayutama!
      Terimakasih atas kritik&saran yang Anda berikan.

      Hapus
  3. Tambahan dikit..

    Contoh penulisan dialog tag.

    “ Aku pulang duluan Uci “ kataku lengkap dengan senyum yang terpampang di wajahku saat mataku menemukan sosok Uci.

    Seharusnya ditulis begini
    "Aku pulang duluan, Uci," kataku.

    Perhatikan tanda komanya.

    Dan contoh elipsis:
    “Oh Tuhan ... dosen itu pasti sudah di kelas, Uci ayo!“ teriakku sambil berlari meninggalkan Uci

    BalasHapus